Jayapura (28/5) Pengurus DPD LDII Kabupaten Jayapura yang diwakili oleh Wakil Ketua H. Muhammad Sabir dan Sekretaris Desri Eko Winasis menghadiri pembukaan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) XXVI Tingkat Provinsi Papua 2016 dan Pesta Paduan Suara Gerejawi (PESPARAWI) I Tingkat Kabupaten Jayapura 2016. Acara ini dirangkai dirangkai dalam pencanangan Kabupaten Jayapura sebagai zona integritas kerukunan, yang dibuka secara resmi oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.
Acara yang bertempat di Stadion Barnabas Youwe, Sentani, dimeriahkan pula dengan pawai ta’aruf. Dalam pawai itu, LDII Jayapura mengikutkan dua regu yang terdiri dari 24 pemuda. Pawai ta’aruf merupakan pawai budaya dan mobil hias, yang dimulai dari lapangan upacara kantor kabupaten dan berakhir di Stadion Barnabas Youwe Sentani.
Di sore harinya, sekitar 2 ribu warga berkumpul di Stadion Barnabas Youwe yang terdiri dari para tokoh agama dan masyarakat, Forkompinda, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan lain-lainnya. Mereka mengikuti MTQ XXVI (28 Mei-2 Juni) yang diikuti 430 orang. PESPARAWI (28 Mei-6 Juni) diikuti oleh 19 distrik dan denominasi gereja yang ada, dengan total peserta 1.772 orang. Acara ini dihadiri pula Wakil Gubernur Papua Klemen Tinal, Bupati Jayapura Matius Awoitau, dan Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Papua Jannus Pangaribuan.
Menteri Agama Lukman Hakim Syaiffudin membuka acara secara resmi dengan menabuhkan tifa (alat musik papua) sepanjang 3,25 meter diikuti bersama-sama oleh Wakil Gubernur Papua, Bupati Jayapura, dan pejabat lainya. Lukman menyampaikan bahwa kerukunan umat beragama merupakan suatu keniscayaan dan keharusan dalam konteks realitas bangsa Indonesia yang multikultural, multiagama, dan multisuku.
“Ini menjadi tantangan besar dan taruhan bagi bangsa Indonesia saat ini dan yang akan datang. Jika kita bisa melewati tantangan tersebut, maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang maju dan besar,” kata dia.
Lukman juga mengungkapkan bahwa dua acara keagamaan yang digelar itu merupakan sejarah baru, karena selain baru pertama kali terjadi di Indonesia, juga karena sangat terkait erat dengan program bersama, yakni mewujudkan kerukunan antarumat bergama, antarsuku, dan antargolong serta antarwarga, dalam mendeklarasikan diri untuk konsiten menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dalam mewujudkan kerukunan.
Hal sama disampaikan Wagub Papua Klemen Tinal. Dia mengapresiasi warganya yang telah menorehkan sejarah baru peradaban kerukunan kehidupan beragama. Menurutnya, Papua merupakan miniatur Indonesia, karena menjadi tempat berkumpulnya seluruh suku bangsa, budaya, adat, dan agama yang ada di Indonesia. Karena itu, lanjutnya, komitmen yang sudah terbangun dan disepakati harus dijaga bersama
Sementara itu, Bupati Jayapura Matius Awotau mengatakan, pencanangan zona integritas kerukunan bertujuan memberitahukan kepada seluruh masyarakat Indonesia, bahkan dunia Internasional tentang kerukunan hidup beragama yang baik seperti yang ada di Papua, khususnya Kabupaten Jayapura.
Kemudian pada akhir acara, para tokoh agama menandatangani zona integritas kerukunan umat beragama. Penandatanganan tersebut disaksikan dan dikuatkan oleh Bupati Jayapura Mathius Awoitauw, Gubernur Papua yang diwakili Wagub Klemen Tinal, dan Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin.
Ditemui disela-sela kegiatan Wakil Ketua DPD LDII Kabupaten Jayapura H. Muh Sabir menjelaskan kerukunan umat beragama adalah agenda penting dalam kehidupan bermasyarakat di negeri ini. Agenda itu juga harus menjadi nilai toleransi dalam hidup di tengah perbedaan yang ada. Kerukunan umat beragama akan tercipta jika kita sebagai warga negara sadar akan perbedaan dan pandangan hidup dalam beragama.
“Inilah yang kita sebut sebagai pluralitas. Nilai terpenting dari pluralitas sadar akan perbedaan di tengah kemajemukan dan tetap berpegang teguh pada rambu-rambu agama,” ujar Sabir. Sabir mengajak seluruh umat Islam untuk kembali memahami dan mengamalkan nilai-nilai luhur yang diajarkan dalam Alquran, sebagai benteng kuat dari pengaruh negatif arus globalisasi dan keterbukaan akses informasi.
Ia mengatakan saat ini hampir semua negara-negara di dunia mengalaminya, di Indonesia ditandai dengan menipisnya nilai-nilai kebangsaan dan rasa cinta terhadap agama, bangsa dan negara. “Pengaruh tersebut hanya bisa dinetralisir dengan keimanan, dan selalu berupaya meningkatkan rasa persaudaraan antar-umat seagama dan umat beragama, sebagaimana yang sudah diamanatkan dalam dasar negara Pancasila dan UUD 1945,” kata Sabir. (Desri/LINES Jayapura)